Dalam obrolan ringan diantara ibu-ibu muda, terucap bahwa menjadi orangtua itu susah-susah gampang. Mungkin benar juga, walau kadang saya pikir kayaknya lebih banyak beratnya dech, hehehe... Berat karena tanggungjawab menjadi orangtua itu luar biasa sulit, tetapi menjadi gampang kalo kita enjoy dalam menjalani peran sebagai orangtua. Anak itu kan bagaikan kertas putih, sedikit saja kita salah “menggoresnya”, tentu tak semudah membalikkan tangan untuk mengoreksi kesalahan itu (waks, makin ngejelimet aja kata2 saya, tenang... tenang... sabar dulu ya bacanya, hehehe...).
Di antara tanggungjawab sebagai orangtua, salah satunya adalah menjadi role model (contoh/ panutan/ teladan) yang baik untuk anak. Yang belum punya anak, mungkin akan membatin: “Ah, gitu aja kok repot...” Tinggal tunjukin gimana berperilaku yang baik, ajari anak, beres. Tapi kenyataannya, ternyata gak se-simple itu. Betul gak, para ortu???
Lanjut lagi yaks...
Ketika seorang bayi baru saja hadir di dalam rahim ibu, suara yang paling sering ia dengar jelas adalah suara sang ibu. Tentu saja karena selama 9 bulan sang bayi terus berada dalam hangatnya rahim bunda, ia juga dapat merasakan perasaan yang berkecamuk pada diri ibunya. Makanya gak heran sejak hamil, ibu harus bisa mengontrol emosinya, selain baik untuk proses kehamilannya juga sangat berperan terhadap perkembangan janin. Dalam kandungan pula, bayi sudah bisa diberi stimulus berupa suara atau pun gerakan/usapan lembut. Sambil mengelus perutnya, ibu bisa “bercakap-cakap” dengan sang bayi, menyenandungkan lagu-lagu indah, membacakan kalam suci, bersalawat, dst. Jalinan komunikasi yang terbangun inilah yang menjadi awal kedekatan ibu dan anaknya kelak. Dan sejak dalam kandungan pula, ibu sudah menjadi role model anaknya.
Setelah terlahir di dunia ini, lagi2 manusia pertama yang paling sering bersama sang bayi adalah orangtuanya, terutama sang ibu. Sehingga tidak salah jika dikatakan bahwa orangtua adalah role model pertama bagi anak. Di usia awal kehidupannya, bayi merekam semua dan apa saja yang ada di sekitarnya. Kemudian dengan semakin bertambahnya usia, bayi pun mulai meniru.
Segala tingkah laku kita akan dengan mudah ditirunya, mulai dari gaya bicara kita, gaya hidup kita, bagaimana kita bertingkahlaku, sampai bagaimana kita memperlakukan oranglain, semua akan terekam dalam benak anak dan akan dituangkan dalam wujud nyata perilakunya. Maka tidak heran jika ibu yang mudah mengumbar omelan dan caci maki, maka anaknya pun akan menjadi anak yang pemarah dan temperamental. Saya jadi ingat tulisannya Dorothy Low Nolte :
Dari Lingkungan Hidupnya Anak-anak Belajar…
Jika anak banyak dicela, ia akan terbiasa menyalahkan.
Jika anak dihantui ketakutan, ia akan terbiasa merasa cemas.
Jika anak serba dimengerti, ia akan terbiasa menjadi penyabar.
Jika anak banyak diberi dorongan, ia akan terbiasa percaya diri.
Jika anak banyak dipuji, ia akan terbiasa menghargai.
Jika anak diterima oleh lingkungannya, ia akan terbiasa menyayangi.
Jika anak diperlakukan dengan jujur, ia akan terbiasa melihat kebenaran.
Jika anak mengenyam rasa aman, ia akan terbiasa mengandalkan dirinya dan mempercayai sekitarnya.
Sungguh Indah Dunia Ini!
Bagaimanakah anak Anda?
Sebenarnya, menjadi role model bagi anak adalah bagian yang tak terpisahkan dari tugas mendidik para orangtua kepada anak2nya. Secara alami, tanpa diminta pun, anak akan berkembang mengikuti apa yang telah dicontohkan orangtua dalam kehidupan sehari-harinya. Sayangnya, tidak semua orangtua menyadari betapa pentingnya tanggungjawab ini. Sehingga gak heran, kini semakin banyak lahir “produk2 didik yang tidak utuh”. Generasi yang tak kenal tata krama, semau gue, anti sosial, egois, maunya yang serba instan/ tersedia dengan cepat, tak punya daya juang, dst. Hiiiiiiyyyy....baru ngetiknya aja sudah bikin bulu kuduk merinding. Bayangkan jika anak kita termasuk dalam generasi itu, na’udzubillah! Sungguh gak rela kan. So, kayaknya kali ini kita harus mulai “berbenah”diri. Bagaimana kita ingin anak kita menjadi anak yang jujur, jika di depan matanya saat telepon berdering ada yang mencari kita, lalu kita berkata “Bilang, mama gak ada!” tuh kan, tanpa sadar anak telah diajari cara berbohong. Dst, pasti banyak banget berbagai macam contoh perilaku kita yang gak baik, yang sebenernya gak ingin kita “tularkan” pada anak2 kita, ‘tul gak ibu2 en bapak2???
Tambah lagi, orangtua masa kini menghadapi tantangan yang tidak ringan. Mata, telinga dan hati anak-anak kita kini didera suguhan budaya hedon dan permisif, adegan kekerasan dan seks, serta krisis moral. Kayaknya dari televisi juga media yang lain lebih banyak berisi hal2 “sampah” tsb, mulai dari gosip, acara kriminal dengan darah dan adu tembaknya, film2 horor, belum lagi bejibunnya tayangan sinetron yang gak mendidik, para pelajar yang baru smp/ smu malah sudah sibuk pacaran, tongkrongannya mercy pula, hpnya keluaran terbaru, pake bajunya merk terkenal, gaya hidupnya seputar pesta, cafe, hotel, mall, dst, kayaknya gak pernah belajar, sekolah cuma jadi setting tempat aja... pokoknya gaya2 manusia di atas langit yang gak merakyat di zaman ekonomi sulit ini. Tapi sekedar “membuai” para remaja untuk ikutan bergaya seperti itu padahal untuk makan aja orangtuanya sudah kembang-kempis, si anak tetap aja ngotot harus punya hp demi slogan ikutan tren, “zamaaan giniii, gak punya hp...” (eh sori dori mori mpok nori...jadi latah saking sebelnya ama tayangan sinetron abg saat ini... someday jd pengen nulis tentang itu, mungkin judulnya “Beri Tontonan Sehat untuk Buah Hati Kita”, hehehe...).
Back to our topic... Karena itulah untuk menghadapi tantangan zaman seperti tsb di atas, mulailah dari diri sendiri untuk lebih “aware” dalam mengkonsumsi apa pun, baik tontonan, makanan sampai tingkahlaku. Maksudnya??? Jika ingin menyeleksi apa2 yang dikonsumsi anak, mulailah dari diri kita misalnya gak nonton acara2 gak layak untuk anak2 saat anak ikut menonton di samping kita, tunggulah sampai mereka tidur. Kalau ingin anak makan sayur, mulailah dari kita yang terlihat lahap makan sayur. Kalau ingin anak kita berperilaku santun terhadap orla, mulailah dari kita yang selalu mengucapkan terimakasih pada si mbak di rumah dan orla yang menolong kita, juga meminta maaf pada anak saat kita berbuat salah pada anak. Jika kita ingin anak tersenyum, cobalah kita yang tersenyum lebih dulu. Jika tidak ingin anak2 bertengkar, perlihatkan kekompakan kita dengan pasangan. Dst. Mengikuti nasihat dari ‘Aa Gym, “Mulailah dari diri sendiri, mulailah dari yang kecil dan mulailah saat ini.” T.O.B banget kan? Emang sih, untuk kebiasaan yang udah mendarah daging, awalnya pasti sulit, tapi buat anak, apa pun akan kita lakukan, ya kan? Setujjjuuuuuuuuu.........???????
Inget lagi kata2 ‘Aa Gym, “ Memiliki anak bukanlah suatu prestasi. Tapi menjadi teladan anak, itu baru prestasi!” Tentu menjadi kebahagiaan tak terhingga melihat anak2 kita tumbuh menjadi generasi yang lebih baik dan bermanfaat bagi masyarakat. Dan semua itu insya Allah dapat terwujud melalui ikhtiar/usaha kita menjadi orangtua yang baik dengan menjadi teladan anak. Kita tak bisa menuntut orla berubah, jika kita sendiri tidak mau mengubah diri. Anak2 memiliki kepekaan yang tinggi, sehingga mereka bisa merasakan bagaimana usaha orangtuanya memperbaiki diri. So, tunggu apa lagi? Do what we can do, right now!! Be Parents as A Role Model For Our Children! (END)
(Home Sweet Home, 18 Juli 2007)
Maap kalo bhs inggrisnya ngaco2, hehehe...
Sunday, July 29, 2007
SAAT IBU HARUS MEMILIH
Seorang wanita secara fitrah memiliki naluri kewanitaan yang lembut dan penuh kasih sayang. Setelah mengikat janji dalam pernikahan yang suci, pastinya ada keinginan untuk segera memiliki buah hati tersayang, walaupun ada juga yang masih ingin menunda karena suatu hal. Dan ketika saat itu tiba, ketika dalam rahim menunjukkan tanda-tanda kehidupan, kebahagiaan yang tak terhingga bagi wanita mulai menggelora dalam dada. Hari demi hari berlalu dan perut pun semakin membesar, seiring itu pula calon ibu mulai mempersiapkan segala hal untuk bayinya yang akan lahir. Dan akhirnya sang bayi pun terlahir ke dunia. Semakin lengkaplah kebahagiaan menjadi wanita seutuhnya.
Hari-hari bersama bayi mungil di hari-hari pertama kehidupannya adalah fase-fase penuh pembelajaran. Bayi belajar untuk bernafas dengan hidungnya sendiri, tidak lagi tergantung pada ibunya seperti dalam rahim dulu. Ketika lapar, tak ada lagi tali pusat ibu tempat menyalurkan makanan, bayi pun harus belajar menyusui, bagaimana mengisap dengan benar, dst. Dan bagi ibu baru, memiliki seorang bayi (apalagi jika anaknya kembar), juga menimbulkan kekhawatiran tak bisa memberi yang terbaik untuk sang buah hati. Saat itulah peran suami dan keluarga besar sangat dibutuhkan untuk mendampingi sang ibu baru, belajar menjadi ibu sesungguhnya. Sehingga di awal2 pemulihan ibu paska melahirkan, ia pun bisa mempersiapkan diri menjadi ibu, beradaptasi dengan perannya yang baru, menikmati saat-saat berharga bersama si kecil yang begitu mungil dan menggemaskan. Dengan begitu, sang ibu baru pun tak sampai mengalami baby blues apalagi sampai mengalami depresi paska melahirkan.
Bagi wanita bekerja, saat cuti mulai usai, timbul dilema yang baru, yakni pilihan untuk menjadi ibu dan tetap bekerja atau melepas karir dan sepenuhnya mengasuh sang buah hati. Pilihan yang sama sulitnya, karena keduanya tentu memiliki konsekuensi yang sama beratnya. Antara kebutuhan untuk mengaktualisasi diri dan mendapatkan income sendiri atau menjadi full time mother agar si kecil cukup mendapat kasih sayang dan pengawasan, terlebih jika kita tak punya seseorang yang dapat diandalkan untuk mengasuh sang buah hati.
Pada akhirnya, apa pun pilihan ibu, yakinlah bahwa pilihan itu adalah yang terbaik. Setiap orang memiliki kondisi hidup yang berbeda, jadi yang terbaik untuk Anda belum tentu yg terbaik untuk oranglain, begitu pula sebaliknya. Jadilah dirimu sendiri, kenali dirimu dan berikan yang terbaik. Ibu tak perlu merasa sedih karena memilih tetap bekerja, karena Ibu masih tetap bisa menjadi ibu yang baik dan sukses berkarir meski tak sepenuhnya mendampingi si kecil. Saat ibu bekerja, harus ada orang yang dapat diandalkan untuk mengasuh sang buah hati. Sebaliknya, kalau Ibu sepenuhnya menjalani peran di rumah, bukan berarti harga diri Ibu berkurang(merasa minder) dan malah menjadi semakin terperosok karena tidak memiliki profesi dan penghasilan sendiri. Ingatlah, Ibu akan mendapatkan kebahagiaan tersendiri menikmati hari-hari berharga sepenuhnya bersama si kecil. Bukankah Anak adalah harta yang paling berharga? Merawatnya dengan sepenuh cinta kasih akan membantunya tumbuh berkembang dengan optimal, dan tumbuh menjadi anak yang percaya diri karena ia dicintai.
Keberhasilan menjadi Ibu bukan tergantung pada cukup tidaknya waktu yang diberikan pada anak. Sebaliknya aktualisasi diri juga tak harus dicapai melalui kerja full time di kantor. Ibu yang sukses, baik yang bekerja atau di rumah, adalah mereka yang menjalani perannya dengan target dan manajemen yang baik dan benar serta menjalin kedekatan yang optimal dengan sang buah hati. Setujuuuuuuuuuu???????? (END)
(Home Sweet Home, 15 Juli 2007)
dari seseorang yg sdg belajar mjd ibu
Hari-hari bersama bayi mungil di hari-hari pertama kehidupannya adalah fase-fase penuh pembelajaran. Bayi belajar untuk bernafas dengan hidungnya sendiri, tidak lagi tergantung pada ibunya seperti dalam rahim dulu. Ketika lapar, tak ada lagi tali pusat ibu tempat menyalurkan makanan, bayi pun harus belajar menyusui, bagaimana mengisap dengan benar, dst. Dan bagi ibu baru, memiliki seorang bayi (apalagi jika anaknya kembar), juga menimbulkan kekhawatiran tak bisa memberi yang terbaik untuk sang buah hati. Saat itulah peran suami dan keluarga besar sangat dibutuhkan untuk mendampingi sang ibu baru, belajar menjadi ibu sesungguhnya. Sehingga di awal2 pemulihan ibu paska melahirkan, ia pun bisa mempersiapkan diri menjadi ibu, beradaptasi dengan perannya yang baru, menikmati saat-saat berharga bersama si kecil yang begitu mungil dan menggemaskan. Dengan begitu, sang ibu baru pun tak sampai mengalami baby blues apalagi sampai mengalami depresi paska melahirkan.
Bagi wanita bekerja, saat cuti mulai usai, timbul dilema yang baru, yakni pilihan untuk menjadi ibu dan tetap bekerja atau melepas karir dan sepenuhnya mengasuh sang buah hati. Pilihan yang sama sulitnya, karena keduanya tentu memiliki konsekuensi yang sama beratnya. Antara kebutuhan untuk mengaktualisasi diri dan mendapatkan income sendiri atau menjadi full time mother agar si kecil cukup mendapat kasih sayang dan pengawasan, terlebih jika kita tak punya seseorang yang dapat diandalkan untuk mengasuh sang buah hati.
Pada akhirnya, apa pun pilihan ibu, yakinlah bahwa pilihan itu adalah yang terbaik. Setiap orang memiliki kondisi hidup yang berbeda, jadi yang terbaik untuk Anda belum tentu yg terbaik untuk oranglain, begitu pula sebaliknya. Jadilah dirimu sendiri, kenali dirimu dan berikan yang terbaik. Ibu tak perlu merasa sedih karena memilih tetap bekerja, karena Ibu masih tetap bisa menjadi ibu yang baik dan sukses berkarir meski tak sepenuhnya mendampingi si kecil. Saat ibu bekerja, harus ada orang yang dapat diandalkan untuk mengasuh sang buah hati. Sebaliknya, kalau Ibu sepenuhnya menjalani peran di rumah, bukan berarti harga diri Ibu berkurang(merasa minder) dan malah menjadi semakin terperosok karena tidak memiliki profesi dan penghasilan sendiri. Ingatlah, Ibu akan mendapatkan kebahagiaan tersendiri menikmati hari-hari berharga sepenuhnya bersama si kecil. Bukankah Anak adalah harta yang paling berharga? Merawatnya dengan sepenuh cinta kasih akan membantunya tumbuh berkembang dengan optimal, dan tumbuh menjadi anak yang percaya diri karena ia dicintai.
Keberhasilan menjadi Ibu bukan tergantung pada cukup tidaknya waktu yang diberikan pada anak. Sebaliknya aktualisasi diri juga tak harus dicapai melalui kerja full time di kantor. Ibu yang sukses, baik yang bekerja atau di rumah, adalah mereka yang menjalani perannya dengan target dan manajemen yang baik dan benar serta menjalin kedekatan yang optimal dengan sang buah hati. Setujuuuuuuuuuu???????? (END)
(Home Sweet Home, 15 Juli 2007)
dari seseorang yg sdg belajar mjd ibu
KARIER SANG IBU RUMAH TANGGA
Ibu rumah tangga seringkali diidentikkan dengan wanita-wanita berdaster yang sibuk dengan urusan dapur, cucian, pekerjaan rumah tangga dan anak2, yang waktu2 senggangnya diisi dengan nonton telenovela/sinetron sampai ngerumpi dengan tetangga. Entah kenapa bagi saya pribadi, stereotif itu terasa “merendahkan”, dan karena begitu santernya digaungkan dalam berbagai media massa seperti TV, majalah, dll, akhirnya menimbulkan efek psikologis bagi wanita yang telah menikah yakni merasa minder jika memilih peran sebagai full time mother. Sehingga banyak wanita2 berpendidikan tinggi emoh dengan peran tsb, karena lebih bergengsi menjadi wanita karir. “Toh, anak-anak akan mendapatkan kesejahteraan yang lebih baik dengan kedua orangtuanya bekerja. Bisa mendapatkan pendidikan yang lebih baik, dst.”
Sebenernya gak ada yang salah dengan pilihan untuk jadi wanita bekerja atau full time Mother, selama kita "bertanggungjawab" dg pilihan kita itu (baca dulu dech: "Saat Ibu Memilih").
Saya hanya merasa “gerah” dengan imej ibu rumah tangga seperti yang sebutkan di atas, yang memberi kesan bodoh. Apakah ibu-ibu yang waktunya lebih banyak di rumah tidak bisa mengaktualisasikan dirinya sesuai pendidikan, kemampuan dan keahliannya? Apakah ibu rumah tangga hanya berkutat dengan urusan dapur-perut-rumah-anak saja? Padahal di negeri tercinta ini, ibu rumah tangga masih merupakan profesi dengan prosentase yang cukup besar, jadi juga sama-sama memegang peranan dalam masyarakat.
Esensi dari seorang ibu rumah tangga atau bahasa kerennya Full time Mother, adalah bagaimana seorang ibu berusaha “sepenuhnya” mendedikasikan waktunya untuk keluarga. Sepenuhnya bukan berarti seluruh denyut kehidupannya adalah untuk keluarga saja, tapi juga ada kesimbangan antara kebutuhan ibu sebagai diri pribadi, yang butuh aktualisasi, butuh belajar/menuntut ilmu, menekuni hobi, dst, dengan memenuhi kewajibannya sebagai ibu. Nah lho, bingung gak?
Isma’il Raji A-Faruqi berkata: “Karier sebagai ibu rumah tangga menuntut pendidikan yang sama atau malah lebih dibanding karier apa pun di luar rumah. Karena karier mulia ini bersangkutan dengan tugas merawat manusia, tua dan muda, dan ini adalah pekerjaan yang paling sulit di dunia.”
Sebenernya kalau dilihat-liat lagi, para ibu rumah tangga itu sendirilah (secara sadar gak sadar) telah membiarkan dirinya menjadi seperti stereotif media. Ibu membiarkan penampilan dirinya asal2an, malas belajar dan meng-upgrade dirinya. Lebih senang menghabiskan waktu luang dengan bersantai-santai, menonton tv sampai ngerumpi. Akhirnya karena pola tsb dibiarkan berulang sehingga menjadi kebiasaan. Karena terjebak rutinitas tsb, Ibu menjadi “lupa” bahwa sebagai seorang ibu, istri dan menjadi wanita seutuhnya membutuhkan proses belajar yang berkesinambungan (Long Life Learning).
Belajar disini, bukan sekedar belajar dalam pendidikan formal, tapi belajar dalam konteks “memperkaya” diri kita, baik secara spiritual, intelektual dan perbaikan tingkahlaku. Bagaimana kita dapat senantiasa menambah wawasan dengan banyak membaca, menambah ketrampilan/keahlian dengan mengikuti kursus, sekolah lanjutan atau pun belajar otodidak. Kita bisa belajar dari apa yang terjadi pada diri kita maupun mengambil hikmah dari pengalaman oranglain. Dan yang lebih penting adalah bagaimana kita belajar dari kehidupan itu sendiri, belajar dalam proses kita menjadi seorang wanita, menjadi istri, menjadi seorang ibu, belajar untuk mengenali diri kita sehingga kita tahu apa potensi terpendam kita.
Dalam suatu episode Oprah Show, Oprah mengajak kita melihat beberapa ibu rumah tangga yang menjadi milyuner karena memahami potensi dirinya dan pandai melihat peluang. Mereka menjadi pebisnis sukses yang berawal dari rumah. Sambil mengembangkan usahanya, para ibu itu tetap dapat mengurus anak2nya dengan baik. Dalam episode Oprah lainnya, seorang ibu rumah tangga dengan 8 anak sukses menggunakan metode homeschooling, tanpa ilmu dan wawasan yang luas mustahil ibu itu mampu menjadi guru anak2nya. Ada juga ibu2 yang begitu kreatif, di sela2 menunggu waktu anak pulang sekolah, ia membuat hiasan bantal, tas, dll dan omset penjualannya cukup fantastis. Ada ibu yang total menjadi full time mother, setelah anak2nya cukup besar, ia kembali berkarier, membuat buku tentang pengalamannya menjadi ibu dan sukses menjadi pembicara di berbagai event. Ada juga ibu yang rutinitas mengantar-jemput anaknya mengilhami bisnis antar jemput, akhirnya dengan tambahan beberapa mobil, kliennya bisa mencapai ratusan anak. Dan sebenarnya masih banyak lagi cerita kesuksesan para ibu rumah tangga yang mampu memanfaatkan potensi dirinya dan peluang yang ada. Menjadi ibu rumahtangga bukannya semakin terperosok dalam kestagnanan. Begitu banyaknya yang dapat kita lakukan jika kita “mau” bergerak. (END)
(Home Sweet Home, 19 Juli 2007)
Dari seseorang yg sdg belajar menjadi ibu...
Sebenernya gak ada yang salah dengan pilihan untuk jadi wanita bekerja atau full time Mother, selama kita "bertanggungjawab" dg pilihan kita itu (baca dulu dech: "Saat Ibu Memilih").
Saya hanya merasa “gerah” dengan imej ibu rumah tangga seperti yang sebutkan di atas, yang memberi kesan bodoh. Apakah ibu-ibu yang waktunya lebih banyak di rumah tidak bisa mengaktualisasikan dirinya sesuai pendidikan, kemampuan dan keahliannya? Apakah ibu rumah tangga hanya berkutat dengan urusan dapur-perut-rumah-anak saja? Padahal di negeri tercinta ini, ibu rumah tangga masih merupakan profesi dengan prosentase yang cukup besar, jadi juga sama-sama memegang peranan dalam masyarakat.
Esensi dari seorang ibu rumah tangga atau bahasa kerennya Full time Mother, adalah bagaimana seorang ibu berusaha “sepenuhnya” mendedikasikan waktunya untuk keluarga. Sepenuhnya bukan berarti seluruh denyut kehidupannya adalah untuk keluarga saja, tapi juga ada kesimbangan antara kebutuhan ibu sebagai diri pribadi, yang butuh aktualisasi, butuh belajar/menuntut ilmu, menekuni hobi, dst, dengan memenuhi kewajibannya sebagai ibu. Nah lho, bingung gak?
Isma’il Raji A-Faruqi berkata: “Karier sebagai ibu rumah tangga menuntut pendidikan yang sama atau malah lebih dibanding karier apa pun di luar rumah. Karena karier mulia ini bersangkutan dengan tugas merawat manusia, tua dan muda, dan ini adalah pekerjaan yang paling sulit di dunia.”
Sebenernya kalau dilihat-liat lagi, para ibu rumah tangga itu sendirilah (secara sadar gak sadar) telah membiarkan dirinya menjadi seperti stereotif media. Ibu membiarkan penampilan dirinya asal2an, malas belajar dan meng-upgrade dirinya. Lebih senang menghabiskan waktu luang dengan bersantai-santai, menonton tv sampai ngerumpi. Akhirnya karena pola tsb dibiarkan berulang sehingga menjadi kebiasaan. Karena terjebak rutinitas tsb, Ibu menjadi “lupa” bahwa sebagai seorang ibu, istri dan menjadi wanita seutuhnya membutuhkan proses belajar yang berkesinambungan (Long Life Learning).
Belajar disini, bukan sekedar belajar dalam pendidikan formal, tapi belajar dalam konteks “memperkaya” diri kita, baik secara spiritual, intelektual dan perbaikan tingkahlaku. Bagaimana kita dapat senantiasa menambah wawasan dengan banyak membaca, menambah ketrampilan/keahlian dengan mengikuti kursus, sekolah lanjutan atau pun belajar otodidak. Kita bisa belajar dari apa yang terjadi pada diri kita maupun mengambil hikmah dari pengalaman oranglain. Dan yang lebih penting adalah bagaimana kita belajar dari kehidupan itu sendiri, belajar dalam proses kita menjadi seorang wanita, menjadi istri, menjadi seorang ibu, belajar untuk mengenali diri kita sehingga kita tahu apa potensi terpendam kita.
Dalam suatu episode Oprah Show, Oprah mengajak kita melihat beberapa ibu rumah tangga yang menjadi milyuner karena memahami potensi dirinya dan pandai melihat peluang. Mereka menjadi pebisnis sukses yang berawal dari rumah. Sambil mengembangkan usahanya, para ibu itu tetap dapat mengurus anak2nya dengan baik. Dalam episode Oprah lainnya, seorang ibu rumah tangga dengan 8 anak sukses menggunakan metode homeschooling, tanpa ilmu dan wawasan yang luas mustahil ibu itu mampu menjadi guru anak2nya. Ada juga ibu2 yang begitu kreatif, di sela2 menunggu waktu anak pulang sekolah, ia membuat hiasan bantal, tas, dll dan omset penjualannya cukup fantastis. Ada ibu yang total menjadi full time mother, setelah anak2nya cukup besar, ia kembali berkarier, membuat buku tentang pengalamannya menjadi ibu dan sukses menjadi pembicara di berbagai event. Ada juga ibu yang rutinitas mengantar-jemput anaknya mengilhami bisnis antar jemput, akhirnya dengan tambahan beberapa mobil, kliennya bisa mencapai ratusan anak. Dan sebenarnya masih banyak lagi cerita kesuksesan para ibu rumah tangga yang mampu memanfaatkan potensi dirinya dan peluang yang ada. Menjadi ibu rumahtangga bukannya semakin terperosok dalam kestagnanan. Begitu banyaknya yang dapat kita lakukan jika kita “mau” bergerak. (END)
(Home Sweet Home, 19 Juli 2007)
Dari seseorang yg sdg belajar menjadi ibu...
Tuesday, August 09, 2005
Mutiara hadits
Rasulullah Saw bersabda, "Tidaklah ada sekelompok orang berzikir kepada Allah, melainkan para malaikat mengelilingi mereka, menyelubungi mereka dengan rahmat, menurunkan ketenangan kepada mereka dan Allah menyebut-nyebut mereka di antara makhluk yang ada di sisinya (HR. Muslim)
Dalam sebuah hadits Qudsi Allah SWT berfirman, "Siapa yang mengingat-Ku dalam dirinya, maka Aku akan mengingatnya di dalam Diri-KU, dan siapa yang mengingat-Ku di keramaian orang, maka Aku akan mengingatnya di keramaian yang lebih baik dari mereka" (HR. Ahmad)
Dalam sebuah hadits Qudsi Allah SWT berfirman, "Siapa yang mengingat-Ku dalam dirinya, maka Aku akan mengingatnya di dalam Diri-KU, dan siapa yang mengingat-Ku di keramaian orang, maka Aku akan mengingatnya di keramaian yang lebih baik dari mereka" (HR. Ahmad)
Aku Tertawa dan Menangis Karena Tiga Hal
Aku dibuat tertawa oleh 3 hal, dan dibuat menangis juga oleh tiga hal.
Aku tertawa karena ; Orang yang mengharapkan dunia padahal kematian mengintainya, orang lalai yang tidak merasakan kelalaiannya, dan orang yang tertawa terbahak-bahak sementara dia tidak tahu Allah murka atau ridha kepadanya.
Aku menangis karena; Berpisah dengan sang kekasih, Muhammad dan bala tentaranya, ketakutan saat kematian tiba, dan berdiri di hadapan Allahu Rabbul Alamiin, sementara aku tidak tahu apakah aku akan ke neraka atau surga
(Salman Al Farisiy)
Aku tertawa karena ; Orang yang mengharapkan dunia padahal kematian mengintainya, orang lalai yang tidak merasakan kelalaiannya, dan orang yang tertawa terbahak-bahak sementara dia tidak tahu Allah murka atau ridha kepadanya.
Aku menangis karena; Berpisah dengan sang kekasih, Muhammad dan bala tentaranya, ketakutan saat kematian tiba, dan berdiri di hadapan Allahu Rabbul Alamiin, sementara aku tidak tahu apakah aku akan ke neraka atau surga
(Salman Al Farisiy)
Monday, August 08, 2005
Buku Wajib..Neh..
BIsmillaah..
Ada buku yang wajib dibaca kaum muslimin neh..hehhehe.. judulnya Palestine Emang gw pikirin!! Penulisnya Shofwan Al Banna.. tapi doesn't mean dia anaknya Imam Syahid Hassan Al Banna lhoo.. Kenapa gw rekomendasiin nih buku??.. coz, through this book, we really can see the truth about Palestine... Hayoo ngaku.... walopun kita sering2 ikutan aksi palestine, pasti banyak juga yang blom tau apa permasalahan sebenrnya yang bergejolak di palestina, ya nggak??... well, correct me if I'm wrong, kita emang rada-rada gak pedulian kalo blom kenal sama something, nah, solusinya U can read this book, and it'll take you around the world..huehhehehe..gak segitunya sih, cuma perasaaan ajah, jadi berasa gak di Indonesia...
Buku ini isinya lengkap bgth, mulai dari sejarah palestine, perang salib, tanah para Anbiyaa, sampe segala permasalahannya sekarang. Bahasanya santai, gak ngebosenin, and touchy juga, coz banyak hadis2 Rasulullah SAw yang ampir kita lupain, tapi bisa jadi pengobar semangat kita... So.. Perjuangan baru aja dimulai...!!!
Ada buku yang wajib dibaca kaum muslimin neh..hehhehe.. judulnya Palestine Emang gw pikirin!! Penulisnya Shofwan Al Banna.. tapi doesn't mean dia anaknya Imam Syahid Hassan Al Banna lhoo.. Kenapa gw rekomendasiin nih buku??.. coz, through this book, we really can see the truth about Palestine... Hayoo ngaku.... walopun kita sering2 ikutan aksi palestine, pasti banyak juga yang blom tau apa permasalahan sebenrnya yang bergejolak di palestina, ya nggak??... well, correct me if I'm wrong, kita emang rada-rada gak pedulian kalo blom kenal sama something, nah, solusinya U can read this book, and it'll take you around the world..huehhehehe..gak segitunya sih, cuma perasaaan ajah, jadi berasa gak di Indonesia...
Buku ini isinya lengkap bgth, mulai dari sejarah palestine, perang salib, tanah para Anbiyaa, sampe segala permasalahannya sekarang. Bahasanya santai, gak ngebosenin, and touchy juga, coz banyak hadis2 Rasulullah SAw yang ampir kita lupain, tapi bisa jadi pengobar semangat kita... So.. Perjuangan baru aja dimulai...!!!
Just lil chit chat
Bismillaaah...
Hey guys, kita baru aja denger berita yang emang menyakitkan buat pihak PKS, actually, bukan PKS aja, tapi hati rakyat seluruhnya.. Gila yah, kita berkali-kali dikhianatin, diboongin. Apalagi masalah Pilkada Depok, kok bisa-bisanya yah, mereka ngebatalin hasil pilkada yang jelas-jelas syah...hiii..ngerii bgth, kok kayaknya mereka gak inget mati, gak inget bakal ada Kekuatan Maha Besar yang bakal ngebales mereka.. ANyways, kayaknya chance kita uyntuk tetep ngejadiin Depok kota Bersih (in everything) belom kesampean. Kalo emang SBY gak mau turun tangan, Pemilu 2009 begitu dia dikhianatin ma Golkar, PKS udah lepas tangan, could be ini emang kemenangan yang tertunda aja.. And of Course, The Winner is...... Kebenaran juga kok yang bakal menang!!! For sure....!!!!! This will make us stronger and hold Allah tighter and tighter........
Hey guys, kita baru aja denger berita yang emang menyakitkan buat pihak PKS, actually, bukan PKS aja, tapi hati rakyat seluruhnya.. Gila yah, kita berkali-kali dikhianatin, diboongin. Apalagi masalah Pilkada Depok, kok bisa-bisanya yah, mereka ngebatalin hasil pilkada yang jelas-jelas syah...hiii..ngerii bgth, kok kayaknya mereka gak inget mati, gak inget bakal ada Kekuatan Maha Besar yang bakal ngebales mereka.. ANyways, kayaknya chance kita uyntuk tetep ngejadiin Depok kota Bersih (in everything) belom kesampean. Kalo emang SBY gak mau turun tangan, Pemilu 2009 begitu dia dikhianatin ma Golkar, PKS udah lepas tangan, could be ini emang kemenangan yang tertunda aja.. And of Course, The Winner is...... Kebenaran juga kok yang bakal menang!!! For sure....!!!!! This will make us stronger and hold Allah tighter and tighter........
Sunday, August 07, 2005
HARD TO BE A MOTHER
Bismillaah…..
Sepertinya, menjadi seorang ibu adalah impian sebagian besar wanita, walaupun sebenarnya setelah menjadi ibu begitu banyak wanita yang mengalami depresi berat. Minggu lalu, saya baru saja menonton Oprah Show yang bertema tentang being a mother. Pada saat Oprah menayangkan tentang derita seorang ibu yang kehilangan empat anaknya yang dibunuh mantan suaminya, saat yang bersamaan 16 orang ibu di Amerika berniat bunuh diri. Tampilnya ibu itu di Oprah tanpa diduga telah mengurungkan niat bunuh diri 16 ibu di Amerika. Bayangkan, jika orang sudah berniat bunuh diri, maka pastilah stress berat yang menimpa mereka, hingga lebih baik meniggalkan dunia ini, walaupun mereka belum tahu nasib selanjutnya di alam kubur. Dan 16 orang itu adalah ibu. 3 diantaranya menceritakan bagaimana mereka merasa depresi berat menghadapi kesulitan hidup dan bagaimana harus menghidupi anak-anak mereka dan mereka juga depresi karena mereka ingin sekali menjadi perfect mother on earth.
Hampir sebagian besar wanita yang menikah mendambakan kehadiran anak, tetapi setelah anak-anak tumbuh besar, betapa kesabaran dan ketegaran seorang ibu sangat diperlukan melebihi ketegaran batu karang di lautan karena tiap keluarga memiliki anak-anak yang tidak sesuai dengan harapan, baik secara personality maupun secara fisik. Tetapi, jika kita mau jujur, sesungguhnya disturbing behavior seorang anak jauh lebih menyakitkan hati ibunya daripada kekurangan fisik yang dimiliki sang anak. Kita sebagai anak, seringkali menyusahkan oarng tua kita, terutama ibu. Banyak teman saya yang sudah menjadi ibu, yang saya dengar dari mereka adalah kurang tidur, kecapean, lelah, kadang emotionally unstable, tetapi bagi mereka kebahagiaannya tak tertandingi dengan segala kelelahan, kecapeannya, masya Allah, bukan main, itulah perasaan seorang ibu.
Banyak ibu, yang sudah cukup lama meratwat anaknya, tetapi masih sering disusahkan oleh anak-anaknya, tetapi ketegaran tetap tergambar di wajah mereka. Bahkan mungkin ada yang anak-anaknya sudah tidak bisa dibilang muda atau remaja, and they still act like a child. Tidak stabil secara emosi, sering marah-marah, bete dan seringkali kemarahan mereka ditumpahkan kepada ibu mereka. Belum lagi kesulitan ekonomi yang melilit. Begitu banyak yang harus dipikirkan seorang ibu, tetapi tak terpikir sedikitpun di benak sang anak kesusahan ibu kita. Jika sampai hari ini ternyata ibu masih bisa berdiri tegak itu karena kesabaran yang mereka miliki tanpa batas. Tidak salah jika Allah menempatkan syurga di bawah telapak kaki ibu. Dan tidak salah juga apabila seorang ibu yang syahid ketika melahirkan disamakan dengan mujahid yang syahid di medan jihad.
Setiap hari ibu kita harus memutar otak masakan apa yang bisa membuat anaknya mau makan. Mereka pasti memikirkan, bila anak-anak mereka pulang sekolah, maka pastilah lelah, lapar, maka hiburan apa saja yang dapat menyenangkan anak-anak mereka.. Setiap hari ibu harus selalu memuaskan keinginan anak-anaknya, jarang sekali keinginan mereka yang mereka dahulukan, pastilah anak-anak dan suami mereka nomor satu. Besar sekali ya pengorbanan seorang ibu…… tetapi lebih hebatnya lagi, tetap banyak wanita yang ingin menjadi ibu. Apalagi jika seorang ibu yang mendedikasikan seluruh hidupnya untuk stay at home alias housewife. Seorang ibu rumah tangga adalah orang yang paling kreatif….. bagaimana gak kreatif, setiap hari yang mereka lihat hanya ruang tamu, ruang tengah, kamar tidur, kalau-kalau bukan orang yang sabar dan tidak kreatif, pastilah mereka sudah berniat melarikan diri. Tetapi kenyataannya, they can stand by their own feet. Kekuatan apa yang mereka miliki??... Usut punya usut,hanyalah kekuatan cinta yang membuat mereka bisa bertahan. Kalau begitu, kita sekarang tahu, betapa besarnya cinta seorang ibu terhadap anaknya, apalagi jika anak-anak mereka sangat terawat, terpelihara, dipenuhi dengan kasih sayang, tumbuh tanpa melihat kesusahan hidup. Cinta, pastilah cinta yang tak tergambar besarnya yang dimiliki seorang ibu untuk anaknya. Apa balasan anak….hhhh..sebaiknya kita sebagai anak jujur saja, apakah kita sudah cukup mencintai orangtua kita, terutama ibu??... ketika kita tumbuh besar, tentu saja yang kita pilih adalah teman, bukan ibu kita. Tragis ya…. Apakah menjadi seorang ibu untuk disia-siakan anaknya??... Masya Allah….
Berikutnya kita akan menjadi ibu, lalu mengapa kita tak bisa berempati terhadap ibu kita?.ingat sama ibu aja jarang ketika kita sedang bersama teman-teman, apalagi bisa saying, Mom, I love you!? Jangan sampai kita menyesal karena kita belum sempat menunjukkan pada beliau bahwa kita menyayanginya, bahwa kita sebenarnya mencintai mereka, tetapi gengsi untuk mengucapkannya, malu mengucapkannya karena seringkali marah-marah dan teriak kepada ibu kita. Dan jangan sampai membuat ibu kita berniat bunuh diri karena sudah tak kuat lagi menghandle kita sebagai anaknya. Menjadi seorang ibu adalah tiket menuju syurga, begitu pula berbuat baik kepada orang tua kita, mereka adalah pintu syurga kita. Maka ketuklah pintu itu dengan cinta, cinta seoranga anak yang tahu berterima kasih kepada ibu yang lebih mencintai kita. Agar kita selalau mengingat betapa sulitnya menjadi perfect mother, ibu-ibu kita begitu berusaha sekuat tenaga agar dapat membahagiakan anak-anak dan suami mereka tanpa mengharap apapun, maka jangan buat ibu kita menyesal telah melahirkan kita, but make them feel proud of having us as their beloved children……
PS: semangat buat ibu-ibu muda, ibu-ibu yang mengalami kepahitan hidup, dan anak-anak yang masih memiliki ibu…………………
Sepertinya, menjadi seorang ibu adalah impian sebagian besar wanita, walaupun sebenarnya setelah menjadi ibu begitu banyak wanita yang mengalami depresi berat. Minggu lalu, saya baru saja menonton Oprah Show yang bertema tentang being a mother. Pada saat Oprah menayangkan tentang derita seorang ibu yang kehilangan empat anaknya yang dibunuh mantan suaminya, saat yang bersamaan 16 orang ibu di Amerika berniat bunuh diri. Tampilnya ibu itu di Oprah tanpa diduga telah mengurungkan niat bunuh diri 16 ibu di Amerika. Bayangkan, jika orang sudah berniat bunuh diri, maka pastilah stress berat yang menimpa mereka, hingga lebih baik meniggalkan dunia ini, walaupun mereka belum tahu nasib selanjutnya di alam kubur. Dan 16 orang itu adalah ibu. 3 diantaranya menceritakan bagaimana mereka merasa depresi berat menghadapi kesulitan hidup dan bagaimana harus menghidupi anak-anak mereka dan mereka juga depresi karena mereka ingin sekali menjadi perfect mother on earth.
Hampir sebagian besar wanita yang menikah mendambakan kehadiran anak, tetapi setelah anak-anak tumbuh besar, betapa kesabaran dan ketegaran seorang ibu sangat diperlukan melebihi ketegaran batu karang di lautan karena tiap keluarga memiliki anak-anak yang tidak sesuai dengan harapan, baik secara personality maupun secara fisik. Tetapi, jika kita mau jujur, sesungguhnya disturbing behavior seorang anak jauh lebih menyakitkan hati ibunya daripada kekurangan fisik yang dimiliki sang anak. Kita sebagai anak, seringkali menyusahkan oarng tua kita, terutama ibu. Banyak teman saya yang sudah menjadi ibu, yang saya dengar dari mereka adalah kurang tidur, kecapean, lelah, kadang emotionally unstable, tetapi bagi mereka kebahagiaannya tak tertandingi dengan segala kelelahan, kecapeannya, masya Allah, bukan main, itulah perasaan seorang ibu.
Banyak ibu, yang sudah cukup lama meratwat anaknya, tetapi masih sering disusahkan oleh anak-anaknya, tetapi ketegaran tetap tergambar di wajah mereka. Bahkan mungkin ada yang anak-anaknya sudah tidak bisa dibilang muda atau remaja, and they still act like a child. Tidak stabil secara emosi, sering marah-marah, bete dan seringkali kemarahan mereka ditumpahkan kepada ibu mereka. Belum lagi kesulitan ekonomi yang melilit. Begitu banyak yang harus dipikirkan seorang ibu, tetapi tak terpikir sedikitpun di benak sang anak kesusahan ibu kita. Jika sampai hari ini ternyata ibu masih bisa berdiri tegak itu karena kesabaran yang mereka miliki tanpa batas. Tidak salah jika Allah menempatkan syurga di bawah telapak kaki ibu. Dan tidak salah juga apabila seorang ibu yang syahid ketika melahirkan disamakan dengan mujahid yang syahid di medan jihad.
Setiap hari ibu kita harus memutar otak masakan apa yang bisa membuat anaknya mau makan. Mereka pasti memikirkan, bila anak-anak mereka pulang sekolah, maka pastilah lelah, lapar, maka hiburan apa saja yang dapat menyenangkan anak-anak mereka.. Setiap hari ibu harus selalu memuaskan keinginan anak-anaknya, jarang sekali keinginan mereka yang mereka dahulukan, pastilah anak-anak dan suami mereka nomor satu. Besar sekali ya pengorbanan seorang ibu…… tetapi lebih hebatnya lagi, tetap banyak wanita yang ingin menjadi ibu. Apalagi jika seorang ibu yang mendedikasikan seluruh hidupnya untuk stay at home alias housewife. Seorang ibu rumah tangga adalah orang yang paling kreatif….. bagaimana gak kreatif, setiap hari yang mereka lihat hanya ruang tamu, ruang tengah, kamar tidur, kalau-kalau bukan orang yang sabar dan tidak kreatif, pastilah mereka sudah berniat melarikan diri. Tetapi kenyataannya, they can stand by their own feet. Kekuatan apa yang mereka miliki??... Usut punya usut,hanyalah kekuatan cinta yang membuat mereka bisa bertahan. Kalau begitu, kita sekarang tahu, betapa besarnya cinta seorang ibu terhadap anaknya, apalagi jika anak-anak mereka sangat terawat, terpelihara, dipenuhi dengan kasih sayang, tumbuh tanpa melihat kesusahan hidup. Cinta, pastilah cinta yang tak tergambar besarnya yang dimiliki seorang ibu untuk anaknya. Apa balasan anak….hhhh..sebaiknya kita sebagai anak jujur saja, apakah kita sudah cukup mencintai orangtua kita, terutama ibu??... ketika kita tumbuh besar, tentu saja yang kita pilih adalah teman, bukan ibu kita. Tragis ya…. Apakah menjadi seorang ibu untuk disia-siakan anaknya??... Masya Allah….
Berikutnya kita akan menjadi ibu, lalu mengapa kita tak bisa berempati terhadap ibu kita?.ingat sama ibu aja jarang ketika kita sedang bersama teman-teman, apalagi bisa saying, Mom, I love you!? Jangan sampai kita menyesal karena kita belum sempat menunjukkan pada beliau bahwa kita menyayanginya, bahwa kita sebenarnya mencintai mereka, tetapi gengsi untuk mengucapkannya, malu mengucapkannya karena seringkali marah-marah dan teriak kepada ibu kita. Dan jangan sampai membuat ibu kita berniat bunuh diri karena sudah tak kuat lagi menghandle kita sebagai anaknya. Menjadi seorang ibu adalah tiket menuju syurga, begitu pula berbuat baik kepada orang tua kita, mereka adalah pintu syurga kita. Maka ketuklah pintu itu dengan cinta, cinta seoranga anak yang tahu berterima kasih kepada ibu yang lebih mencintai kita. Agar kita selalau mengingat betapa sulitnya menjadi perfect mother, ibu-ibu kita begitu berusaha sekuat tenaga agar dapat membahagiakan anak-anak dan suami mereka tanpa mengharap apapun, maka jangan buat ibu kita menyesal telah melahirkan kita, but make them feel proud of having us as their beloved children……
PS: semangat buat ibu-ibu muda, ibu-ibu yang mengalami kepahitan hidup, dan anak-anak yang masih memiliki ibu…………………
SLIM IS EVERYTHING!!
Slim is my obsessed!! Hehheheh.. kita pasti sering banget denger perempuan bilang begitu. Kayaknya langsing is everything buat cewek-cewek yang punya kecenderungan overwight. Eventhough gak overweight sekalipun, cewek yang udah langsing pasti tetep pengen punya badan super langsing. Dulu, gw gak pernah ngerasa pengen jadi cewek langsing. Pokoknya, biarpun badan gw gede alias gendhut, I always feel confident and thankful sama keadaan gw (baca: gendhut). But, setelah pake jilbab, gak kerasa, badan makin melar, coz selalu pake baju longgar-longgar mulu, plus nafsu makan gak bisa ditahan, tiba-tiba..argh!!!!! badan gw dah kayak emak-emak. Gak maksud nyalahin bentuk badan emak lho..maap yee mak. But, married aja blom, masak harus ngadepin kenek, tukang warung, orang-orang di jalan yang gak kenal kita dengan panggilan ibu, panggilan mulia, tapi apa daya, it’s not my time yet to be a mother… why should they call me ma’am?? Dengan panggilan ibu itu juga mengindikasikan kita keliatan tua kalo gendhut, kecuali tampangnya udah cakep. Ya gak sih??
Wuaah,…baru deh panic, and u know what??, I thought I won’t feel low kalo gw jadi gendhut abiss.. ternyata blom abiss nih gendhutnya, mindernya stengah idup… padahal kecantikan pasti bakal keluar dari personalitynya, inner beauty istilahnya. As we all know, Tika aja yang gendhut pede berat, blom lagi pretty, or oki mantan lenong bocah, but when it comes to myself, I feel so uncomfortable. Why?.. Karena setiap kali ngeliat orang kurus, sumpah, sirik bgth, palagi ngeliat kulitnya yang terawatt (yang satu ini sih gak penting). Gimana gak sirik, they can wear anything and looks good on them. And we are the genduters, cannot wear anything we want coz it’ll look bad on us…. So unfair. Hasilnya, jadilah kita rada-rada juteks kalo ada orang yang manggil kita ibu (padahal kan kita bakalan jadi ibu juga ya nggak?..). tambah gak enak dipandang kan??... padahal katanya muslimah tuh harusnya bisa nyejukin mata orang lain yang memandangnya, gimana mau bikin sejuk, senyum aja kagak kalo dah disapa dengan panggilan ibu, malah tambah bikin panasss..hhehehehehe. But actually, the most important thing of being slim adalah supaya gak penyakitan alias healthy, kalo masalah cantik or nggak, cuma bonus dari kurus aja.
Coz, it’s like every woman’s dream, akhirnya banyak produk-produk yang menawarkan langsing tanpa usaha, lewat pil, or mary france bodyline or something gitu, minuman teh pelangsinglah, but banyak yang gak tahan lama.
So, how are we gonna solve this??..cliche, but true.. Olahraga dan puasa hehhehe, Rasulullah Saw aja selalu mendorong para muslimah di zamannya untuk menguasai salah satu beladiri (olahraga juga kan??). Nah, kalo emang kita rada-rada penakut plus males sama yang namanya beladiri, bisa coba yang lain, rada-rada mirip beladiri, kayak tai chi,hhehehe.. or yang lagi trend sekarang kenapa gak coba pilates??... Or lari-lari anjing tiap pagi juga bikin tubuh lebih ringan (asal jangan lari dikejar anjing…hehe) I think most of us has already known, kalo olahraga emang bisa ngurangin kebetean alias mengontrol emosi. Bukan coklat doang yang bisa ngurangin bete, emang sih pas makannya kita punya perasaan yang enak, tapi abis makan kebanyakan coklat bikin bete juga, soalnya tambah gendhut…. Seorang teman mencoba olahraga setiap hari dengan vcd senam di kosannya, teman yang lain selalu menyempatkan diri berenang, teman-teman kantor saya mengikuti program senam yang diadakan di kantor, ternyata efeknya terlihat pada emosi mereka. Kenapa ngurangin kebetean?..karena tidur jadi lebih mudah, tapi gak gampang ngantuk di jam-jam produktif, gak males-malesan, otak lebih mudah berpikir jernih, refresh mulu, badan lebih ringan karena rada kurangan lemaknye….and most of all, sholat juga jadi semangat, gak males-malesan karena badan gak berat. Harus diniatin untuk olahraga, supaya tubuh kita juga gak males-malesan.
Solusi kedua dengan rajin puasa senin kemis, tapi puasa bukan karena pengen kuruss neh, dengan puasa banyak penyakit yang mental, why??..karena kebanyakan penyakit berasal dari makanan. Nah lhoo…buat yang doyan makan kayak gw, pasti udah mau protes deh. But it’s the truth though, gimana lagi, seiring kemajuan teknologi berbagai jenis makanan ada di dunia, tapi gak berarti gak ada efek sampingnya…. Puasa selain membentuk pribadi yang lebih sabar, juga membiasakan kita menyedikitkan makan. Emang sih, awalnya rada berat, tapi lama-lama juga pasti terasa easy ajah.
Nah, gimana caranya numbuhin motivasi biar kurus??... Kita pengen kurus bukan karena pengen dipuji orang or buat orang lain, but do it for ourselves. Boleh dong kita memanjakan diri kita sendiri. And, masukkan motivasi agar ibadah lebih mudah, and gak males-malesan. Hehhehe… selamat mencoba and don’t give up easily…..
Wuaah,…baru deh panic, and u know what??, I thought I won’t feel low kalo gw jadi gendhut abiss.. ternyata blom abiss nih gendhutnya, mindernya stengah idup… padahal kecantikan pasti bakal keluar dari personalitynya, inner beauty istilahnya. As we all know, Tika aja yang gendhut pede berat, blom lagi pretty, or oki mantan lenong bocah, but when it comes to myself, I feel so uncomfortable. Why?.. Karena setiap kali ngeliat orang kurus, sumpah, sirik bgth, palagi ngeliat kulitnya yang terawatt (yang satu ini sih gak penting). Gimana gak sirik, they can wear anything and looks good on them. And we are the genduters, cannot wear anything we want coz it’ll look bad on us…. So unfair. Hasilnya, jadilah kita rada-rada juteks kalo ada orang yang manggil kita ibu (padahal kan kita bakalan jadi ibu juga ya nggak?..). tambah gak enak dipandang kan??... padahal katanya muslimah tuh harusnya bisa nyejukin mata orang lain yang memandangnya, gimana mau bikin sejuk, senyum aja kagak kalo dah disapa dengan panggilan ibu, malah tambah bikin panasss..hhehehehehe. But actually, the most important thing of being slim adalah supaya gak penyakitan alias healthy, kalo masalah cantik or nggak, cuma bonus dari kurus aja.
Coz, it’s like every woman’s dream, akhirnya banyak produk-produk yang menawarkan langsing tanpa usaha, lewat pil, or mary france bodyline or something gitu, minuman teh pelangsinglah, but banyak yang gak tahan lama.
So, how are we gonna solve this??..cliche, but true.. Olahraga dan puasa hehhehe, Rasulullah Saw aja selalu mendorong para muslimah di zamannya untuk menguasai salah satu beladiri (olahraga juga kan??). Nah, kalo emang kita rada-rada penakut plus males sama yang namanya beladiri, bisa coba yang lain, rada-rada mirip beladiri, kayak tai chi,hhehehe.. or yang lagi trend sekarang kenapa gak coba pilates??... Or lari-lari anjing tiap pagi juga bikin tubuh lebih ringan (asal jangan lari dikejar anjing…hehe) I think most of us has already known, kalo olahraga emang bisa ngurangin kebetean alias mengontrol emosi. Bukan coklat doang yang bisa ngurangin bete, emang sih pas makannya kita punya perasaan yang enak, tapi abis makan kebanyakan coklat bikin bete juga, soalnya tambah gendhut…. Seorang teman mencoba olahraga setiap hari dengan vcd senam di kosannya, teman yang lain selalu menyempatkan diri berenang, teman-teman kantor saya mengikuti program senam yang diadakan di kantor, ternyata efeknya terlihat pada emosi mereka. Kenapa ngurangin kebetean?..karena tidur jadi lebih mudah, tapi gak gampang ngantuk di jam-jam produktif, gak males-malesan, otak lebih mudah berpikir jernih, refresh mulu, badan lebih ringan karena rada kurangan lemaknye….and most of all, sholat juga jadi semangat, gak males-malesan karena badan gak berat. Harus diniatin untuk olahraga, supaya tubuh kita juga gak males-malesan.
Solusi kedua dengan rajin puasa senin kemis, tapi puasa bukan karena pengen kuruss neh, dengan puasa banyak penyakit yang mental, why??..karena kebanyakan penyakit berasal dari makanan. Nah lhoo…buat yang doyan makan kayak gw, pasti udah mau protes deh. But it’s the truth though, gimana lagi, seiring kemajuan teknologi berbagai jenis makanan ada di dunia, tapi gak berarti gak ada efek sampingnya…. Puasa selain membentuk pribadi yang lebih sabar, juga membiasakan kita menyedikitkan makan. Emang sih, awalnya rada berat, tapi lama-lama juga pasti terasa easy ajah.
Nah, gimana caranya numbuhin motivasi biar kurus??... Kita pengen kurus bukan karena pengen dipuji orang or buat orang lain, but do it for ourselves. Boleh dong kita memanjakan diri kita sendiri. And, masukkan motivasi agar ibadah lebih mudah, and gak males-malesan. Hehhehe… selamat mencoba and don’t give up easily…..
Subscribe to:
Posts (Atom)