Wednesday, August 01, 2007

BEING A MOTHER IS A WONDERFUL GIFT

Rasanya kalimat judul di ataslah yang senantiasa “mengingatkan dan menguatkan” diri ini untuk tetap bersabar dan terus belajar dalam proses panjang menjadi seorang ibu. Hehe.. kalimatnya jelimet amat yaks?

Maksudnya gini, dulu waktu sebelum punya anak, kayaknya asik-asik aja melihat seseorang menjadi ibu, kupikir kan sudah kodratnya. Pastilah jadi ibu kudu super duper sabar, telaten, pengertian en sayang banget ama anaknya. Pokoknya semua wanita yang mau menjadi ibu pasti bertekad ingin menjadi ibu yang terbaik, ibu yang sabar dalam menghadapi segala tingkah polah anak, ibu yang bisa menjadi tempat berteduh anak-anak, tempat anak bercerita, sharing, dst. Namun, saat anak-anak lahir, kita seakan “lupa” akan tekad awal kita. Tanpa sadar kita bersikap cerewet, menuntut anak seperti kemauan kita bahkan seringkali mudah sekali mengumbar amarah/ bentakan pada mereka. Kita tanpa sadar sering mengeluh ketika melihat tingkah polah anak yang terkadang menyebalkan, terlalu aktif, dan sulit diatur. Kita pun terjebak untuk bersikap negatif pada anak. Terlebih kalau kita sedang sibuk dengan aktivitas kita, atau saat tubuh sedang lelah-lelahnya, rasanya sedikit aja tingkah anak yang mengganggu, sudah membuat urat syaraf menegang.

Repotnya jika pola asuh dengan sikap negatif yang lebih mendominasi hari-hari kita dengan anak. Walhasil anak akan terbiasa hidup dalam suasana yang tidak menyenangkan, bagaimana menyenangkan kalau sedikit-dikit salah, lebih banyak omelan dan bentakan yang diterimanya. Ah, ternyata menjadi ibu yang baik itu sangat susah, ya. Salah-salah bersikap, bisa menggores noda dalam cetakan kertas putih sang anak. Noda yang bisa saja sulit untuk dihapus kembali. Menjadi ibu memang perlu sensitif terhadap kesalahan yang diperbuatnya, belajar dari kesalahan dan berusaha memperbaikinya. Memang di dunia ini tidak ada sekolah untuk menjadi orangtua. Menjadi orangtua memang susah-susah nikmat (apaan coba?!). Prosesnya panjang dan penuh dengan pembelajaran, sekolahnya ya rumah tangga itu sendiri, belajar secara otodidak. Learning by doing. Learning by process.

Ada nasihat bijak dari seorang ibu yang kebetulan seorang psikolog, bersabarnya seorang ibu adalah dengan berpikir positif. Berpikir positif berawal dari kelapangan hati menerima berbagai kemungkinan tingkah laku anak, dari tingkahnya yang menggemaskan sampai dengan tingkah yang tidak bisa kita bayangkan sama sekali. Semua orang pada dasarnya bisa bersabar. Sabar dapat dilatih dengan cara memahami sifat, sikap, perasaan dan harapan yang kita miliki. Sabar dimulai dari sikap. Jika kita perfeksionis, maka sekarang waktu untuk meninggalkannya. Sadari bahwa dengan kehadiran anak kecil, rumah tidak akan bisa selalu bersih dan rapi (tertata pada tempatnya). Pandanglah anak sebagai fase normal dan akan segera berlalu.

Lihatlah kenakalan anak dengan santai. Biarkan anak menjadi anak, biarkan mereka mengerjakan apa yang sepantasnya dilakukan anak. Sikap memahami dan menerima dunia anak akan mempermudah kita untuk selalu bersabar. Jangan berharap terlalu tinggi pada anak, selain dapat membuat anak stres, Ibu pun semakin stres jika anak tidak seperti yang diharapkan.

Kadang ibu menjadi mudah marah karena terlalu lelah atau terlalu banyak pekerjaan.Tidak ada yang membantu meringankan tugas dan tidak punya cukup waktu untuk dirinya sendiri. Sehari-hari selalu disibukan rutinitas pekerjaan rumah yang tidak ada habis-habisnya. Jika puncak kejenuhan dan kelelahan itu datang, berhentilah dari pekerjaan ibu dan istirahatlah. Berbagilah tugas dengan suami, jika anak-anak masih kecil dan tidak ada dana untuk membayar orla. Misalnya suami membantu mencuci pakaian di hari libur seperti sabtu atau minggu, ibu hanya menyetrika baju yang penting saja seperti baju kerja suami, pakaian sekolah anak, baju-baju bayi dan baju untuk pergi, yang lain bisa langsung dilipat. Dst, ibu bisa mencari cara yang pas untuk mengurangi rasa lelah ibu. Ingat, ibu bukan super mom yang bisa melakukan semunya sendiri, jadi jangan sedih dan merasa gagal jika Ibu merasa lelah dan butuh refreshing. Seorang ibu juga butuh waktu untuk dirinya sendiri.

Memang menjadi seorang sabar bukanlah pekerjaan semudah membalik telapak tangan. Hari ini mau, besok sudah jadi. Tentu butuh latihan dan proses. Kesabaran selalu diuji dan diuji. Hadapilah setiap situasi dengan tenang, ambil nafas panjang dan sembunyikan rasa marah. Tapi jika masih sulit juga, mungkin bisa mencoba langkah ini:
1. Tidak makan sampai kenyang atau rutin puasa Senin-Kamis misalnya.
2. Merubah posisi ketika marah.
Ambillah wudhu, insya Allah dapat meredakan emosi yang memuncak.
3. Tingkatkan kedekatan pada Allah.
4. Introspeksi diri. Hindari apa-apa saja yang membuat kita marah dan tidak sabar.
5. Banyak berdoa.

(Home Sweet Home, 30 Juli 2007)
Dari seseorang yg sdg belajar mjd ibu...

No comments: